Masuk
ke guru Bahasa Indonesia. Pertama aku lihat nama beliau di kertas roster yang
ditempel didinding kelas kami, R. Tarigan namanya. Tapi entah kenapa waktu
masuk pelajarannya, bukan orang yang berinisial R dan bukan orang yang bermarga
Tarigan yang masuk melainkan anak baru tamat kuliah yang “katanya” dia alumni
pucay. Entah benar entah enggak, hanya dia dan Tuhanlah yang tahu. Nothing
special sih waktu pengganti ibu itu masuk ke kelas. As usual, perkenalan yang
sebenarnya gak penting buat dia karena toh dia hanya pengganti aja dan gak
lebih :p
Oke
kita tinggalin guru Bahasa Indonesia. Masuk ke pelajaran yang “dulu” sama
sekali mejengkelkan dan bikin malu. Swear dah... Bahasa Inggris. Mungkin di
pelajaran ini aku dapat nilai jelek untuk pertama kalinya di Putri Cahaya. Guru
kami namanya H. Tampubolon, bukan haji ya. Beliau bilang dia biasa dipanggil
Mr. T, pasti tahu lah dari mana “T” nya itu. Pertama kali beliau masuk telapak
tangan agak basah keringat dingin gimana gini. Pasalnya dia minta beberapa dari
kami yang menurutnya memasang wajah takut dan kayak gak belajar maju kedepan
untuk memperkenalkan diri dalam bahasa inggris sambil mengeja nama kami dengan
bahasa inggris. Yah terpaksa pasang muka semangat dan kayak orang pintar biar
gak dipilih maju kedepan. Tapi itulah derita. Maunya gak kepilih, malah
kepilih. Dengan modal ei-bi-ci dan
telapak tangan basah karena gugup, aku pun maju. Untung modal ei-bi-ci dan telapak tangan basah karena
gugup sangat ampuh untuk orang yang gak begitu diperhitungkan di kelas.
Pelajaran
selanjutnya, pelajaran ini mempelajari apa yang ada di tubuh kalian, entah itu
mata, telinga, hidung, atau anus sekalian. Ya, benar sekali. Pelajaran ini
adalah ekonomi. Lho, kok ekonomi? Gak, becanda doang. Masa ia telinga, hidung,
dan saudara-saudaranya di ajarin sama Pak Nadeak? Bisa botak lah (Maaf pak ;p).
Bu BK Ginting, beliau yang ngajarin tentang bahasa latin di biologi dan
kawan-kawannya. Pengalaman dapat nilai 50 pas ujian biologi sama ibu ini. Dan
kalau kalian tahu, itu ujian pertama ku untuk biologi di Putri Cahaya. Awal
yang buruk. And konsekuensinya adalah, harus remedial dibarisan depan dan aku
sebangku dengan orang yang menjelma menjadi orang ranking 3 besar di kelasku.
Entah kenapa dia bisa remedial, mungkin aja gak ada biologi kali di SD nya :p
Yang buat aku terkejut dan sedikit kesal adalah dia selalu minta jawaban ke aku
padahal aku pun gak tahu apa jawabannya. Lho, dia kan juara 3 besar di sekolah,
kok nyontek sih? Ya, itu kan dicerita selanjutnya bukan sekarang kawan. Kalau
diceritain sekarang, ya selesai dong.
Seperti
biasa, proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) terus berlangsung. Hingga suatu
saat lowongan pekerjaan masuk ke kelas kami. Ya, barangsiapa yang mau ikut
Science Club silakan ajukan diri kalian sendiri. Tawaran pertama datang dari
saudara Matematika, dan bisa ditebak, aku gak minta sama sekali. Bisa dibilang,
aku alergi sama yang namanya Matematika. Bisa ditebak, aku menolak matematika.
Selanjutnya datang tawaran dari Biologi, tapi.... lho kok ada syarat? Jelas ada
lah. Syaratnya, yang nilainya bagus pas ujian kemaren, langsung masuk. Nah,
teman ku yang minta jawaban tadi nanya, “Bu, kalau yang remedial gimana?”
“boleh juga,” jawab ibu itu. Ah, gak jadilah pikirku. Yang mau masuknya aku
tadi, tapi karena kata ibu itu “yang bagus nilainya” seolah-olah aku pakek kolor
datang ke rapat paripurna DPR, malu! Akhirnya datang mata pelajaran yang
kutunggu-tunggu, yaitu fisika. Lho kok mau masuk fisika? Karena udah pernah
waktu itu dapat nilai 80 karena menjawab soal yang kawan-kawan yang duduk di
depan gak tahu sama sekali. Seolah-olah, “fisika kau lah penyelamatku”.
Hari
pertama masuk science club. Aku kira Bu Manurung yang mengajar, ternyata tidak!
Beliau sedang berurusan dengan persalinannya hingga akhir semester 1 kelas VII.
Alhasil, Pak Siringo-ringo yang pernah menjadi guru fisika di Putri Cahaya
mengajar science club fisika. Pertama kali masuk aku telat dan cuma aku orang
yang pakai pakaian bebas di kelas (warna kuning lagi). Dan asal kalian tahu,
science club hari pertama kelasnya betul-betul penuh dan bisa kalian tebak,
setelah beberapa minggu berjalan, satu persatu dari mereka hengkang entah
karena yang capeklah, yang leslah, yang main warnet lah, yang ujian lah, yang
melahirkan lah, yang sesak berak lah, dan yang lah-lah lainnya.
Jika
dibandingkan dengan guru pucay yang masih aktif sekarang, Pak Siringo-ringo
bisa dikatan guru “terkocak” yang pernah ada. Pertama kali masuk, beliau bukan
langsung to the point melainkan ngelawak
dulu. Dia bilang, “Nanti-nanti aja belajar itu, ketawa-tawa dulu kita.” Dia
ceritakan segalah sesuatu yang lucu, yang jika kalian dengar saat itu, kalian
gak berhenti ketawa. Begini ceritanya :
Dulu bapak
ngajar di sekolah ini. Ada satu siswi bapak pernah cakap kotor ke bapak. Begini
ceritanya, jadi waktu itu kelas lagi diam dan tenang-tenangnya. Tanpa dia
sadari, bapak datang ke meja dia dan dia lagi serius-seriusnya ngerjain
sesuatu. Bapak pukullah mejanya. Udah gitu refleks dia bediri, dibilangnya,
“A*jing, B*bi, M*nyet.” Dan cakap kotor lainnya dengan sangat cepat. Takut lah
bapak. Udah gitu pergilah bapak sementara dia nangis dibangkunya mungkin karena
merasa bersalah udah cakap kotor ke gurunya. Baru pulang sekolah dia datang ke
meja bapak minta maaf. Dan saya juga kaget karena peristiwa itu. Ternyata kakak
kalian itu punya latah. Bapak pun maklum sama dia.
Bukan
itu aja cerita bapak itu, masih banyak lagi. Kalau diceritain semuanya disini,
ya jadi cerita Bapak Siringo-ringo bukan cerita ku lagi lah.
Banyak
kisah yang terjadi selama science club berlangsung. Maksud ku sebelum science
club berlangsung. Bisa dibilang kelas kami paling banyak yang menyumbang
orang-orang ke science club (ntah iya ntah gak). Biasanya kami nunggu di kelas
sebelum SC dimulai. Ada lah yang main game, ada yang tidur, ada yang nonton
video (bukan video gituan tapi ginian), ada lah yang main-main sama cewek
padahal dia cowok, ada lah yang makan-makan ke ke’efci, dan ada pula yang ke
gramed. Aku masih bingung untuk orang-orang yang pergi ke gramed. Ada 2
kemungkinan ke gramed, yang pertama murni ada niat untuk baca/beli buku nah
yang kedua agak gak enak, yaitu cuma numpang BAB aja. Mungkin banyak yang gak
tahu kalau beberapa dari kami (termasuk aku) pernah ke gramed hanya untuk BAB
aja. Lho kok cuma BAB doang? Karena melihat kondisi kamar mandi laki-laki yang
agak mengenaskan waktu itu maka BAB di pucay urung dilakukan.
(Bersambung
ke Tiga Mangkok Cerita dari Putri Cahaya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berikan komentar anda :D