Di kurikulum 2013 kita sering mendengar guru hanya sebagai fasilitator dan kita murid harus aktif seaktif-aktifnya sampai guru itu gak aktif lagi. Namun istilah “Guru sebagai Fasilitator” sering kali disalah gunakan bahkan disalah artikan oleh guru-guru yang sama sekali SDM nya lebih rendah daripada murid-muridnya. Mereka pikir dengan adanya kurikulum 2013 tugas mereka lebih ringan, padahal tidak sama sekali! Pikirkan hal ini, jika kalian para guru hanya membiarkan kami untuk mencari informasi dari internet misalnya dari Bang Google atau Kak Wiki tanpa adanya bimbingan dari kalian, mau jadi apa bangsa ini? Apakah kalian mau melihat bangsa ini dipimpin oleh pemimpin berpaham liberal komunis dan otoriter? Apa kalian mau melihat murid-murid kalian seperti Stephen Hawking yang pintar namun cukup bodoh untuk hidup?
Guru
seharusnya bisa menjadi teladan bukan hanya dalam ilmu eksak saja namun juga
dalam attitude yang baik. Jika memang anda adalah fasilitator yang baik, anda
mengarahkan, membimbing, mengajari, dan mengkoreksi setiap yang dikerjakan oleh
peserta didik anda! Bukan malah mencaci, memaki, bahkan memainkan fisik anda
yang sudah renta itu! Ingat, zaman berganti dan seiring itu pergantian sifat
manusia juga berganti secara massive! Jika di zaman anda dulu mengajar dengan
kekerasan adalah hal biasa, karena bangsa ini masih dalam masa transisi serta
berusaha memberantas kebodohan. Jika tidak dengan gada ya mati, itulah
pendidikan zaman dahulu. Namun zaman sekarang beda! Manusia semakin bergerak
aktif bukan pasif! Anda mainkan saja fisik renta anda pada kami para peserta
didik, itu membekas di hati kami (untung aja gak ada yang sampai dendam
kesumat, kalau gak mati tuh guru disantet *ups) :p Untung saja tidak ada yang
memvideokan anda sedang memukul murid anda, kalau ada, HA! Siaplah karirmu
wahai sang fasilitator untuk mendekam di balik trali besi!
Ini
bukan lagi zamannya Soeharto sekali berbeda haluan, tembak mati. Sekali berbeda
haluan, pasti ada aja mayat yang menjongkrok di pinggir jalan atau bantaran
sungai. HA! Miris! Ini dimana zaman emansipasi siswa seluruh Indonesia yang
berhak mendapat guru yang kompeten serta mengajar dari hati untuk bangsa bukan
uang! Mengajar demi orang-orang yang ingin belajar bukan untuk menambah pundi-pundi.
Ya kalau mau menambah pundi-pundi aja, ya
jadi artis lah! Sekali tampil hanya 1-2 jam langsung honor turun 20-30
juta. Tapi saya yakin kalau anda ingin menjadi guru terlepas dari keinginan
pundi-pundi. Sekalipun ada, bertobatlah, kerajaan Allah sudah dekat ;)
Untuk
menjadi guru yang berkompeten pada era globalisasi ini, dibutuhkan seorang guru
yang benar-benar menguasai hal-hal yang penting serta banyak membaca. Kami
tidak butuh guru yang bacotnya banyak kalau sekali ngomong dua tiga gendang
telinga pecah. Kami butuh guru yang ilmu pengetahuannya tinggi dan cara bicara
menunjukkan kaum intelek bukan kaum keparat yang bisanya ngerocos aja.
Bangsa
ini butuh guru yang hebat dan bijaksana. Sekurang-kurangnya seorang guru yang
bijaksana. Mereka tidak berhenti disitu saja sebagai seorang guru, namun juga
sebagai seorang murid, yaitu merelakan waktunya untuk kembali belajar dan
membaca menambah wawasan. Bukan menggosipi muridnya.
Sekian
dari saya, dari murid Indonesia untuk guru Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berikan komentar anda :D