Selasa, 26 Agustus 2014

S A N G F A S I L I T A T O R


Di kurikulum 2013 kita sering mendengar guru hanya sebagai fasilitator dan kita murid harus aktif seaktif-aktifnya sampai guru itu gak aktif lagi. Namun istilah “Guru sebagai Fasilitator” sering kali disalah gunakan bahkan disalah artikan oleh guru-guru yang sama sekali SDM nya lebih rendah daripada murid-muridnya. Mereka pikir dengan adanya kurikulum 2013 tugas mereka lebih ringan, padahal tidak sama sekali! Pikirkan hal ini, jika kalian para guru hanya membiarkan kami untuk mencari informasi dari internet misalnya dari Bang Google atau Kak Wiki tanpa adanya bimbingan dari kalian, mau jadi apa bangsa ini? Apakah kalian mau melihat bangsa ini dipimpin oleh pemimpin berpaham liberal komunis dan otoriter? Apa kalian mau melihat murid-murid kalian seperti Stephen Hawking yang pintar namun cukup bodoh untuk hidup?
Guru seharusnya bisa menjadi teladan bukan hanya dalam ilmu eksak saja namun juga dalam attitude yang baik. Jika memang anda adalah fasilitator yang baik, anda mengarahkan, membimbing, mengajari, dan mengkoreksi setiap yang dikerjakan oleh peserta didik anda! Bukan malah mencaci, memaki, bahkan memainkan fisik anda yang sudah renta itu! Ingat, zaman berganti dan seiring itu pergantian sifat manusia juga berganti secara massive! Jika di zaman anda dulu mengajar dengan kekerasan adalah hal biasa, karena bangsa ini masih dalam masa transisi serta berusaha memberantas kebodohan. Jika tidak dengan gada ya mati, itulah pendidikan zaman dahulu. Namun zaman sekarang beda! Manusia semakin bergerak aktif bukan pasif! Anda mainkan saja fisik renta anda pada kami para peserta didik, itu membekas di hati kami (untung aja gak ada yang sampai dendam kesumat, kalau gak mati tuh guru disantet *ups) :p Untung saja tidak ada yang memvideokan anda sedang memukul murid anda, kalau ada, HA! Siaplah karirmu wahai sang fasilitator untuk mendekam di balik trali besi!
Ini bukan lagi zamannya Soeharto sekali berbeda haluan, tembak mati. Sekali berbeda haluan, pasti ada aja mayat yang menjongkrok di pinggir jalan atau bantaran sungai. HA! Miris! Ini dimana zaman emansipasi siswa seluruh Indonesia yang berhak mendapat guru yang kompeten serta mengajar dari hati untuk bangsa bukan uang! Mengajar demi orang-orang yang ingin belajar bukan untuk menambah pundi-pundi. Ya kalau mau menambah pundi-pundi aja, ya  jadi artis lah! Sekali tampil hanya 1-2 jam langsung honor turun 20-30 juta. Tapi saya yakin kalau anda ingin menjadi guru terlepas dari keinginan pundi-pundi. Sekalipun ada, bertobatlah, kerajaan Allah sudah dekat ;)
Untuk menjadi guru yang berkompeten pada era globalisasi ini, dibutuhkan seorang guru yang benar-benar menguasai hal-hal yang penting serta banyak membaca. Kami tidak butuh guru yang bacotnya banyak kalau sekali ngomong dua tiga gendang telinga pecah. Kami butuh guru yang ilmu pengetahuannya tinggi dan cara bicara menunjukkan kaum intelek bukan kaum keparat yang bisanya ngerocos aja.
Bangsa ini butuh guru yang hebat dan bijaksana. Sekurang-kurangnya seorang guru yang bijaksana. Mereka tidak berhenti disitu saja sebagai seorang guru, namun juga sebagai seorang murid, yaitu merelakan waktunya untuk kembali belajar dan membaca menambah wawasan. Bukan menggosipi muridnya.

Sekian dari saya, dari murid Indonesia untuk guru Indonesia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berikan komentar anda :D