Dalam kritik, opini ku kali ini mau mengarah kepada orang tua dan guru disekolah karena 2 pribadi ini lah orang-orang yang tak lepas ketika masa sekolah seorang anak. Sering (bukan sering lagi pun tapi selalu) aku lihat anak-anak berambisi untuk menjadi yang terbaik di kelas. Itu gak salah! Tapi ketika ditanya ada yang menjawab karena keinginan orang tua. Orang tua macam apa itu? Anak-anak anda mempunyai potensinya sendiri! Okelah jika anda menginginkan anak anda lurus jalannya, silakan dibimbing bukan dipaksa belajar matematika + fisika + kimia padahal potensinya ada yang lain dan potensi itu berpeluang besar ketimbang pelajaran diatas. Apakah orang tua sadar kalau ujian terberat itu bukan UN atau ujian kenaikan kelas? Kalau UN gak lulus, it’s ok! It’s not the end of the world! You can reexam next year. Tapi bagaimana dengan ujian kehidupan? Apakah orang tua pernah berpikir seperti itu? Atau orang tua hanya ingin anaknya jadi profesor hukum setelah itu selesai? Come on! Kalau memang anda orang tua yang baik dan bijaksana berpikir modren! Jangan bawa kebiasaan tahun 70an anda! Jangan samakan dunia anda yang sudah usang itu dengan sekarang! Ini 2015 bukan tahun dimana televisi susah dicari! Jika anak-anak dibimbing untuk sukses dalam pelajaran teori ini dan itu saja, aku jamin anak anda gak jadi apa-apa selain orang gila dengan mulut komat-kamit menghapal SIN COS TAN. Jika kita gunakan teknologi sekarang dan mencari kasus anak-anak yang umurnya masih belia namun sayang sudah mendekam di rumah sakit jiwa akibat tekanan dari orang tua SESAT! Mereka menginginkan anaknya mahir di segala bidang. Hello! Kalau ikan disuruh terbang, pasti stress lalu mati kan? Begitu juga dengan anak anda! Solusinya, tanyakan kepada anak anda, dia mau apa bukan dia mau jadi apa! Berkomitmen dengan anak anda kalau pilihannya itu harus dipertanggungjawabkan! Anda lakukan itu, anda orangtua yang bijak!
Selanjutnya untuk orang
yang dihormati murid-murid ‘saat’ di sekolah. Tak bisa dipungkiri ada saja guru
yang (maaf) otaknya otak kompeni belanda tahun 1900. Memaksakan belajar anak
ini dan itu sementara kalau dia disuruh mengerjakan soal diluar bidangnya dia
bingung lalu berkata, “Ini kan bukan jurusan dan keahlian saya.” Kalau guru bisa
berkata seperti itu, lantas kenapa murid tidak bisa? Yang aku takutkan jika
berbicara seperti itu di depan guru, mulailah mulut guru mengeluarkan 1001
jenis ancaman, mulai dari remedial walau dapat nilai diatas KKM sampai
dipanggil orang tua dengan tuduhan tidak menghormati guru. Ironis kan? Begitulah
kebanyakan guru di negeri ini, gila hormat tapi tak bermartabat!
Seorang murid gagal di
matematika misalnya lalu guru memarahinya. Apakah si murid salah? Tidak! Apakah
dia juga tidak bersalah walau dia tak mau belajar matematika? Tetap tidak
bersalah! Kenapa? Karena orang diciptakan dengan talenta dan kemampuan
masing-masing oleh Sang Pencipta. Guru memarahi muridnya perkara seperti itu
berarti secara tidak sadar dan tidak langsung marah kepada Tuhan sang pemberi
talenta. Secara tidak langsung si guru berkata, “O.... Tuhan kenapa kau beri
murid yang tak pandai matematika.” Wujud tidak bersyukur, IYA!
Lalu apa solusinya? Tanyakan
kembali ke anak! Apa bidang masternya. Jika si murid mengatakan seni, guru
wajib membimbingnya di bidan seni bukan di matematika! Karena secara tak
langsung seni adalah jalan hidupnya dan berguna kepadanya hingga (mungkin) ia
mati. Pengalaman itu ada sama ku. Aku masuk di SMK karena beberapa tujuan salah
satunya karena aku gak ngerti sama sekali apa itu matematika namun sayang
seribu sayang, pelajaran ini kutemukan lagi di SMK. Coba kalian pikirkan apa
hubungannya SIN COS TAN dengan perakitan PC? Apa hubungannya fungsi kuadrat
dengan jaringan? Gak ada! Entah kenapa bobrok sekali pendidikan bangsa ini
padahal bangsa ini punya tokoh pendidikan yang hebat. Aku pernah bilang ke
temanku yang gagal di matematika termasuk aku, “It’s ok if you fail in math. It’s
not the end of the world!” Aku berani bilang seperti itu karena hidupku
kedepannya gak akan pernah berhubungan dengan matematika. Cukuplah matematika
dan pelajaran lain yang tak mendukung dengan Komputer serta Jaringan dipelajari
dasar-dasarnya saja tak perlu sampai keakar-akarnya. Toh dari 18 pelajaran yang
kami pelajari, cuma setengah aja nanti yang terpakai. Aku berani jamin.
Jadi, pemaksaan bukan
sesuatu yang enak. Okelah jika kalian orang tua dan para guru dapat pemaksaan
dulu ketika masih sekolah. Tapi ingat, zaman kita berbeda! Zaman cepat berubah
walaupun hanya berjarak 1 tahun. Zaman kami dengan kalian beda! Sangat-sangat
beda. Kalau dulu kalian dipukul dengan rotan baru bisa, kami tidak! Karena kami
bukan keledai dungu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berikan komentar anda :D