Rabu, 15 April 2015

Tiga Mangkok Cerita dari Putri Cahaya

Setelah lama gak ngeposting yang beginian, kangen juga (mulai lebay). Kali ini aku mau ceritain gimana bisa masuk ekskul yang awalnya aku nolak mati-matian alias gak bergengsi bingitzz kata anak alay. Nama ekskulnya “paduan suara” emang sih aku udah pernah ikut yang begituan waktu SD tapi semua hasilnya mengecewakan. Boro-boro dapat juara, masuk final aja gak pernah. Ya, atas balas dendam waktu SD, aku memutuskan gak mau masuk paduan suara di SMP. Memang saat itu paduan suara di Putri Cahaya gak terlalu besar namanya bahkan gak nampak lagi ada atau tidak paduan suara di sekolah ini. Terus kalau gak suka sama paduan suara, kok bertahan mulai dari junior sampai master bangkotan? Itu karena wali kelas ku dulu Sr. Yulita, KSSY. Pertama, dia panggil semua laki-laki yang notabenenya memang sedikit sekitar 14 orang lah. Lho kok sekitar 14 orang? Soalnya ada yang agak ehmm sikit (you know lah). Dari 14 kami, sudah dipastikan hanya sedikit yang terpilih dan yang terpilih pun dengan hati terpaksa ikut. Asal kalian tahu, dengan bermodalkan do re mi fa sol la si do aja aku bisa masuk. Padahal teman ku yang satu lagi dijelek-jelekkannya suaranya nah aku, aku kujelek-jelekkan suara ku kok masuk? (bukan sombong ya tapi emang iya :p) selanjutnya kami dikirim ke ruang OSIS yang pernah menjelma menjadi UKS.

Lomba pertama ku dengan paduan suara ini yaitu ditingkat Dinas Pendidikan Kota Medan dalam rangka menyambit *eh menyambut natal maksudnya :v Syukur kepada Allah kami dapat juara 1 dan sesuai nazar ku, aku goyang gayung (goyang yang lagi heboh saat itu karena ada iklannya) di bawah tiang bendera. Setelah kemenangan manis itu (mulai lebay nya) kami ujian semester ganjil. Ada satu tradisi kami yang pastinya dimulai dari kami, anak laki-laki kelas VII-1 atau yang lebih dikenal dengan Seratus (Sekumpulan Rakyat Tujuh Satu) yaitu belajar dilapangan tepatnya dibawah ring basket SMA Cahaya. Awalnya hanya kami berempat belas. Kalau aku gak salah [berarti benar dong?] kami bertambah jumlahnya waktu ujian semester genap kelas VII dan orang yang nambah pastinya bukan dari cewek-cewek kelas kami tapi cowok-cowok dari kelas lain. Yang kami pelajari entah apa. Karena dulu belum boleh bawa HP ke sekolah, alhasil kami hanya cerita hal-hal apa aja yang kemarin terjadi + melihat pisang yang dikeluarkan secara paksa oleh kawanku dari kulit pisang itu dan entah kenapa itu menjadi tontonan yang asyik selama kami kelas VII. Selain bicarain yang aneh-aneh, ada juga bicarain yang jorok-jorok. Itu udah pasti! Sebab, 3-5 orang laki-laki berkumpul apalagi berkerumun, you know lah apa yang terjadi. Setelah ujian pastinya ada pengumuman remedial. Pengumuman remedial di sekolah kami anti mainstream. Jadi siapa yang remedial pasti ketahuan orangnya. Di situ kadang saya merasa debar.
Tibalah pembagian raport. Pasti! Pasti aku gak dapat 10 besar. And itu terjadi! Entah kenapa persaingan saat itu lebih susah ketimbang waktu SD. Atau jangan-jangan mereka memakai cheat engine? Atau nyantet aku malam-malam? Mungkinlah. Masuk semester 2 semakin mendebarkan. Pasalnya setelah ini kita akan berpisah walau di tingkat yang sama. O... iya, aku mau jelasin dulu apa itu Seratus. Seratus merupakan singkatan dari Sekumpulan Rakyat Tujuh Satu. Awalnya teman kami mendapat nama ini dari pertanyaan kakak kelas yang dulu mantan VII-1 juga. Akhirnya dibuatlah nama kelas kami Seratus. Di Putri Cahaya memang ada nama kelasnya masing-masing. Entah dimulai dari siapa dan kapan aku pun gak tahu. Nama-nama kelas ini wajib tidak mengandung kepanjangan ganda. Maksudnya? Iya, biar orang gak bisa ejek nama kelas kita karena kepanjangannya bisa 2. Contoh kakak kelas kami VIII-1 buat nama kelas mereka Madesu (Masyarakat Delapan Satu). Nah itukan berkepanjangan ganda. Gandanya dimana? Coba dipanjangankan menjadi “Masa Depan Suram” kan bisa jadi toh? Ya karena mereka mungkin middle class jadi gak banyak yang ejek tapi itu gak menutup kemungkinan guru yang malah ngejek. At least, mungkin mereka tersiksa dengan nama itu. Pernah katanya, itu masih katanya ya. Ada kelas IX-4 buat nama kelasnya Sempak. Nah lebih aneh lagi kan. Coba seandainya saat itu ada spanduk dan dibuat Sempak (Sembilan Empat Kompak), aku pun agak geli bacanya. Ngaku-ngaku terpelajar tapi pakek sempak doang ke sekolah *eh.
Diawal-awal semester 2 kelas VII nothing special. Yang spesialnya ada tepat menjelang akhir semester 2. Oh yeah! Apa itu?

Kita lanjutkan di Empat Mangkok Cerita Dari Putri Cahaya. Bye.... muachhh :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berikan komentar anda :D