Rabu, 15 April 2015

Empat Mangkok Cerita dari Putri Cahaya

Ciee penasaran ya apa yang kami buat di akhir semester 2 kelas VII? Ehmm... jadi gini. Kami di kelas VII wajib semuanya ikut pramuka karena itu program sekolah. Nah acara yang paling kami tunggu-tunggu adalah camping. Dari 40 orang kami sekelas, hanya 2 orang yang gak ikut, cewek dan cowok lagi. Ciee... mau ngapain kelen malam minggu, ehmmm... Alasan mereka gak ikut aku gak tahu dan gak penting juga sih. Lagian yang satu, yang cowok itu, emang pernah ikut pramuka tapi cuma sekali. Tepat pembukaan pramuka doang setelah itu gone entah kemana, katanya sih dia les. Les ketok mungkin *eh... kalau itu las ketok :p Kami kira camping di tempat yang hawanya sejuk, pemandangannya indah, dan bisa buat suatu kesan yang indah, eh ini gak. Kami camping diwilayah medan yang saat itu musim kemarau. Kebayang gak panasnya gimana. It’s ok yang penting sama teman-teman.
Kami kesana naik angkot pintu belakang. Kalau kami pergi sama-sama, yang paling berkesan itu waktu dijalan. Kenapa? Karena banyak hal yang bisa dilakukan dijalan. Seperti (ini true story lho) buat video clip di dalam angkot dengan music dari speaker angkot. Teringat kejadian itu tepat hari sabtu pulang pramuka. Dengan bermodalkan kamera HP, music dari speaker angkot + nahan malu kami buat video clip diangkot. Kami gak peduli orang-orang disekitar kami. Dengan beat music yang menghentak + jiwa music yang keluar, kami buat video clip itu. Dan itu selalu berkesan hingga saat ini. Dan aku harap kawan-kawan ku yang terlibat saat itu masih ingat.
Oke kita balik ke pramuka tadi. Sampai disana kami langsung bangun tenda dan mengatur segala sesuatunya. Kelompok Rajawali yang diketuai oleh aku nginap di satu tenda tanpa diganggu kelompok lain. Kenapa? Karena kami bertiga belas. Sementara kelompok lain gak setia. Itu yang buat aku bangga selalu sama kelompokku. Asal baris ketika pramuka, barisan kamilah yang paling panjang. Sesuai emang (jangan ngeres :p). Setelah bangun rumah sementara kami, kami lanjut mandi. It was horrible. Kenapa? Kami disuruh mandi dekat sumur + tempatnya menyendiri hanya dibatasi tembok petak tanpa ada ruang pembatas antar orang yang satu dengan yang lainnya. Kebayang gak mandi kek gitu. Ada yang tanpa rasa malu buka pakaian, buka kolor langsung mandi. Coba kalau ada cewek yang datang (sayangnya gak ada *eh) aku gak tahu lagi apa yang terjadi. Dan ini menjadi hal paling diskriminatif bagiku. Cewek dikasih kamar mandi lho, the real kamar mandi dengan pintu + bak mandi. Coba kalau wani-wani itu (panggilan untuk cewek by Pak Sitanggang) mandi ditempat kami mandi. Bayangkan! Betapa senangnya kami :v
Selanjutnya dilaksanakan kegiatan khusus malam-malam (hayoo... ngapain malam-malam?). As usual, kalau malam-malam apalagi acara kepramukaan biasanya ngeDJ, joget-joget, mabuk-mabuk (WOIII!!! Itu acara kepramukaan atau clubing?) Hehe... becanda doang. Acara malam itu biasa berkesan karena banyak hal yang bisa dilakukan waktu malam. Misalnya ramah tamah dengan kelompok lain, nyanyi sambil ngelilingi api unggun, and setelah itu hal yang paling mengerikan menurut sebagian orang, jerit malam. Ada satu hal yang buat aku bingung. Jerit malam atau jurit malam? Setahuku dari penelitian yang kulakukan (alay woii!!) selama ikut pramuka di SD, yang ada test mental atau jerit malam. Entah kenapa kok ada nama itu (jurit-red). Sebelum jerit malam + nyanyi mengelilingi api unggun dimulai, setiap pinru (pimpinan regu) termasuk aku dipanggil oleh kakak pembina (Eciee... dipanggil kakak padahal udah tua aja pun :v) untuk dikasih pengarahan. Lalu kami dipersilakan kembali ke tenda masing-masing. Tahu gak? Pasti gak tahu kan! Waktu masuk kedalam tenda, seketika itu kawan sekelompokku menjelma jadi wartawan “Apa yang dibilang Do?” “Pasti kau gak ikut jerit malam kan?” “Atau kau yang jadi hantunya?” Agak aneh emang dengar pertanyaan yang terakhir tapi aku jawab gak. Mereka merasa lega sedikit. Tapi, seketika itu mereka menegang (huss... bukan tegang yang itu) karena aku cerita sesuatu. Jadi, waktu aku SD, pohon yang itu (menunjuk ke arah pohon) pernah ada penampakan. Saat itu guru ku difoto oleh orang tua murid, nah penampakan kepala terbang tepat di pepohonan itu. Seketika itu ada yang bilang, “Ishh... entah kenapa kau ceritakan pun Do!” Lalu karena ketakutan mereka berdoa.
Tibalah jerit malam. Kami dibawa sekitar 200 m dari pusat perkemahan kami. Di benakku ini akan seram dan menantang. Pasalnya masih banyak pohon-pohon atau bisa dibilang kayak hutan lah tapi bukan hutan. Walau kami gak dibawa kedalam hutan itu. Sampai diperhentian terakhir apa yang ada di benakku gak terjadi. Ketika kami disuruh jalan satu-satu, bukan seram tapi aneh. Kek mana gak aneh? Track yang kami laluin ternyata tempat kumpulnya orang pacaran + selfie-selfie gak jelas (walau istilah selfie belum ada saat itu). Plus ketika giliranku tiba, ada 2 orang naik sepeda motor dan yang satu pakek topeng gorila yang sering di prampatan lampu merah. Sampai sekarang aku gak ngerti tuh orang ngapain pakek begituan. Apa jangan-jangan mukanya lebih jelek dari topeng yang dipakeknya? Hmmm.... so spicious. Satu lagi yang aneh di pramuka hari itu, gak ada jeritan malam saat itu (ha...? jeritan malam) yang ada malah suara orang cekikikan gak jelas gitu + di jalan kami ditanyain sama guru, “takut gak tadi?” Aku mau jawab, “Helooo!!! Nenek-nenek bunting standing naik FU aja bisa kalau yang kek beginian.” Tapi sayang, jawaban itu urung dilakukan mengingat yang nanya kayak nenek-nenek :p
Waktu semua udah ngumpul diadakan ibadat malam. Tapi emang dasar beberapa teman sekelompokku badung, hanya beberapa dari kami yang ikut sementara mereka makan di dalam tenda dan tidur tanpa nungguin kami. Luar biasa emang, luar biasa jugulnya. Cerita ku gak sampai di tidur udah gitu bangun. Ini bukan cerita kegiatan harian yang sering disuruh guru waktu SD padahal gak ngaruh sampe sekarang. Di tenda tanpa kondisi lampu didalam, kami berusaha tidur. Aku yang notabenenya pinru tidur di paling pinggir atau di pintu tenda. Khawatir? Gak! Justru aku khawatir kalau secara tiba-tiba bom atom dari lubang terkecil di dunia mengeluarkan jati dirinya hingga langit bumi gonjang ganjing alias kentut. Yaps... problem pertama tidur di dalam tenda. Kalau lah kentutnya berbunyi, gak masalah, tapi kalau silent but ngekill gimana? Bisa pingsan satu tenda. Sebelum tidur kami ganggu satu sama lain, mulai dari nyanyikan lagu twinkle twinkle little star padahal udah mencoba tidur, nyanyikan lagu GPU Jahutt, sampai wangainya kentut dan betapa mengganggunya suara itu. Aku gak kebayang kalau tidur di tengah karena yang kentut di tengah posisinya. Otomatis kebagian semua (emang sembako yang kebagian). Aku masih ingat saat itu lagi ada acara Euro jadi tenda sebelah waktu aku terbangun ribut bicarain Euro dengan seorang penjaga warnet di sekolahku, namanya Pak Victor. Entah kenapa mereka ribut hanya bicarain Euro, finally aku balik tidur.
Menjelang pagi (karena si fajar belum bangun) kami udah rada-rada ribut dan kelompok sebelah kemudian merepet janda karena kami ribut padahal mereka yang ribut duluan. Ada kejadian unik saat itu. Ada kelompok yang jauh dari tenda kami memboyong alas tidur mereka keluar tenda lalu tidur beratapkan bintang dilangit (Oh.. co cuit) tapi tetap aja kayak ikan sarden di kaleng, berjejer tidurnya. Pasalnya panas kata mereka.
Paginya kami pun berolahraga keliling tempat itu. Lalu mandi. Jeng.... jeng... jeng... jeng... sesuatu hal yang gak bisa dibayangkan! Kali ini ada pemandangan yang berbeda. Karena ada cowok yang terlalu lama mandi, pak guru datang ambil gayung dan bisa ditebak, bapak itu mandi disitu (huss... becanda) bapak itu mandikan si kawan itu. Satu hal yang buat geli mandi rame-rame. Entah kenapa cowoknya pasti bicarain ‘itu’ seberapa panjang dan seberapa kecil? Ah... something disquistuing! Tapi sedikit bersyukur mandi ditempat kayak begituan. Menurut penuturan wani-wani, mereka sampai berebutan mandi di kamar mandi. Aku gak kebayang gimana mereka tarik-tarikan (maaf) BH sampai-sampai tali kolor mereka putus. Bayangkan kalau itu G-String. Oh ma ghost!
Selanjutnya dilakukan kegiatan pagi-siang hingga pulang. Ada katanya kegiatan mancing, memang dasar teman sekelompokku kreatif semua (kreak tapi aktif). Walau mancing itu gak sah acaranya, kami tetap dapat kok dan kami pelihara sementara di dalam botol aqua.
Kejadian waktu siang gak kalah seru. Seperti yang kuketik diawal kalau waktu itu kemarau. Jadi saking panasnya, gak ada yang berani berlama-lama di dalam tenda. Melebihi sauna di tempat oukup lah. Jadi kami buat perlombaan untuk siapa yang paling lama bertahan di dalam tenda. Dan hanya beberapa yang tahan. Belum lagi tarik napas, panasnya langsung menyengat. Otomatis, kami gak ada yang makan siang di dalam tenda. Kami makan di pinggir danau buatan mereka. Tiba-tiba, salah satu temanku lari dari dalam tenda keluar dengan gaya hebohnya sambil bawa aqua isi ikan dengan kaki jingkrak-jingkrak. “Kenapa kau?” tanya salah satu temanku. “Udah mau mati ikannya. Tadi kan sebelum makan mulut ikannya masih mangap-mangap (sambil mempraktekkan mulut ikan) udah gitu, beberapa menit kemudian udah balik dia.” Jelasnya. Lepaslah ketawa kami. Lucunya ketika dia bicara + lari tadi. Emanglah sesuatu yang gak bisa digantikan.

Setelah itu gak ada yang perlu diceritakan, kami pulang dan beberapa hari lagi menerima raport kenaikan kelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berikan komentar anda :D