Ciee penasaran ya apa
yang kami buat di akhir semester 2 kelas VII? Ehmm... jadi gini. Kami di kelas
VII wajib semuanya ikut pramuka karena itu program sekolah. Nah acara yang
paling kami tunggu-tunggu adalah camping. Dari 40 orang kami sekelas, hanya 2 orang
yang gak ikut, cewek dan cowok lagi. Ciee... mau ngapain kelen malam minggu,
ehmmm... Alasan mereka gak ikut aku gak tahu dan gak penting juga sih. Lagian
yang satu, yang cowok itu, emang pernah ikut pramuka tapi cuma sekali. Tepat
pembukaan pramuka doang setelah itu gone entah kemana, katanya sih dia les. Les
ketok mungkin *eh... kalau itu las ketok :p Kami kira camping di tempat yang
hawanya sejuk, pemandangannya indah, dan bisa buat suatu kesan yang indah, eh
ini gak. Kami camping diwilayah medan yang saat itu musim kemarau. Kebayang gak
panasnya gimana. It’s ok yang penting sama teman-teman.
Kami kesana naik angkot
pintu belakang. Kalau kami pergi sama-sama, yang paling berkesan itu waktu
dijalan. Kenapa? Karena banyak hal yang bisa dilakukan dijalan. Seperti (ini
true story lho) buat video clip di dalam angkot dengan music dari speaker
angkot. Teringat kejadian itu tepat hari sabtu pulang pramuka. Dengan
bermodalkan kamera HP, music dari speaker angkot + nahan malu kami buat video
clip diangkot. Kami gak peduli orang-orang disekitar kami. Dengan beat music
yang menghentak + jiwa music yang keluar, kami buat video clip itu. Dan itu
selalu berkesan hingga saat ini. Dan aku harap kawan-kawan ku yang terlibat
saat itu masih ingat.
Oke kita balik ke pramuka
tadi. Sampai disana kami langsung bangun tenda dan mengatur segala sesuatunya.
Kelompok Rajawali yang diketuai oleh aku nginap di satu tenda tanpa diganggu
kelompok lain. Kenapa? Karena kami bertiga belas. Sementara kelompok lain gak
setia. Itu yang buat aku bangga selalu sama kelompokku. Asal baris ketika
pramuka, barisan kamilah yang paling panjang. Sesuai emang (jangan ngeres :p).
Setelah bangun rumah sementara kami, kami lanjut mandi. It was horrible.
Kenapa? Kami disuruh mandi dekat sumur + tempatnya menyendiri hanya dibatasi
tembok petak tanpa ada ruang pembatas antar orang yang satu dengan yang
lainnya. Kebayang gak mandi kek gitu. Ada yang tanpa rasa malu buka pakaian,
buka kolor langsung mandi. Coba kalau ada cewek yang datang (sayangnya gak ada *eh)
aku gak tahu lagi apa yang terjadi. Dan ini menjadi hal paling diskriminatif
bagiku. Cewek dikasih kamar mandi lho, the real kamar mandi dengan pintu + bak
mandi. Coba kalau wani-wani itu (panggilan untuk cewek by Pak Sitanggang) mandi
ditempat kami mandi. Bayangkan! Betapa senangnya kami :v
Selanjutnya
dilaksanakan kegiatan khusus malam-malam (hayoo... ngapain malam-malam?). As
usual, kalau malam-malam apalagi acara kepramukaan biasanya ngeDJ, joget-joget,
mabuk-mabuk (WOIII!!! Itu acara kepramukaan atau clubing?) Hehe... becanda
doang. Acara malam itu biasa berkesan karena banyak hal yang bisa dilakukan
waktu malam. Misalnya ramah tamah dengan kelompok lain, nyanyi sambil
ngelilingi api unggun, and setelah itu hal yang paling mengerikan menurut sebagian
orang, jerit malam. Ada satu hal yang buat aku bingung. Jerit malam atau jurit
malam? Setahuku dari penelitian yang kulakukan (alay woii!!) selama ikut
pramuka di SD, yang ada test mental atau jerit malam. Entah kenapa kok ada nama
itu (jurit-red). Sebelum jerit malam + nyanyi mengelilingi api unggun dimulai,
setiap pinru (pimpinan regu) termasuk aku dipanggil oleh kakak pembina
(Eciee... dipanggil kakak padahal udah tua aja pun :v) untuk dikasih
pengarahan. Lalu kami dipersilakan kembali ke tenda masing-masing. Tahu gak?
Pasti gak tahu kan! Waktu masuk kedalam tenda, seketika itu kawan sekelompokku
menjelma jadi wartawan “Apa yang dibilang Do?” “Pasti kau gak ikut jerit malam
kan?” “Atau kau yang jadi hantunya?” Agak aneh emang dengar pertanyaan yang
terakhir tapi aku jawab gak. Mereka merasa lega sedikit. Tapi, seketika itu
mereka menegang (huss... bukan tegang yang itu) karena aku cerita sesuatu.
Jadi, waktu aku SD, pohon yang itu (menunjuk ke arah pohon) pernah ada
penampakan. Saat itu guru ku difoto oleh orang tua murid, nah penampakan kepala
terbang tepat di pepohonan itu. Seketika itu ada yang bilang, “Ishh... entah
kenapa kau ceritakan pun Do!” Lalu karena ketakutan mereka berdoa.
Tibalah jerit malam.
Kami dibawa sekitar 200 m dari pusat perkemahan kami. Di benakku ini akan seram
dan menantang. Pasalnya masih banyak pohon-pohon atau bisa dibilang kayak hutan
lah tapi bukan hutan. Walau kami gak dibawa kedalam hutan itu. Sampai
diperhentian terakhir apa yang ada di benakku gak terjadi. Ketika kami disuruh
jalan satu-satu, bukan seram tapi aneh. Kek mana gak aneh? Track yang kami
laluin ternyata tempat kumpulnya orang pacaran + selfie-selfie gak jelas (walau
istilah selfie belum ada saat itu). Plus ketika giliranku tiba, ada 2 orang
naik sepeda motor dan yang satu pakek topeng gorila yang sering di prampatan
lampu merah. Sampai sekarang aku gak ngerti tuh orang ngapain pakek begituan.
Apa jangan-jangan mukanya lebih jelek dari topeng yang dipakeknya? Hmmm.... so
spicious. Satu lagi yang aneh di pramuka hari itu, gak ada jeritan malam saat
itu (ha...? jeritan malam) yang ada malah suara orang cekikikan gak jelas gitu
+ di jalan kami ditanyain sama guru, “takut gak tadi?” Aku mau jawab,
“Helooo!!! Nenek-nenek bunting standing naik FU aja bisa kalau yang kek
beginian.” Tapi sayang, jawaban itu urung dilakukan mengingat yang nanya kayak
nenek-nenek :p
Waktu semua udah
ngumpul diadakan ibadat malam. Tapi emang dasar beberapa teman sekelompokku
badung, hanya beberapa dari kami yang ikut sementara mereka makan di dalam
tenda dan tidur tanpa nungguin kami. Luar biasa emang, luar biasa jugulnya.
Cerita ku gak sampai di tidur udah gitu bangun. Ini bukan cerita kegiatan
harian yang sering disuruh guru waktu SD padahal gak ngaruh sampe sekarang. Di
tenda tanpa kondisi lampu didalam, kami berusaha tidur. Aku yang notabenenya
pinru tidur di paling pinggir atau di pintu tenda. Khawatir? Gak! Justru aku
khawatir kalau secara tiba-tiba bom atom dari lubang terkecil di dunia
mengeluarkan jati dirinya hingga langit bumi gonjang ganjing alias kentut.
Yaps... problem pertama tidur di dalam tenda. Kalau lah kentutnya berbunyi, gak
masalah, tapi kalau silent but ngekill gimana? Bisa pingsan satu tenda. Sebelum
tidur kami ganggu satu sama lain, mulai dari nyanyikan lagu twinkle twinkle
little star padahal udah mencoba tidur, nyanyikan lagu GPU Jahutt, sampai
wangainya kentut dan betapa mengganggunya suara itu. Aku gak kebayang kalau
tidur di tengah karena yang kentut di tengah posisinya. Otomatis kebagian semua
(emang sembako yang kebagian). Aku masih ingat saat itu lagi ada acara Euro
jadi tenda sebelah waktu aku terbangun ribut bicarain Euro dengan seorang
penjaga warnet di sekolahku, namanya Pak Victor. Entah kenapa mereka ribut
hanya bicarain Euro, finally aku balik tidur.
Menjelang pagi (karena
si fajar belum bangun) kami udah rada-rada ribut dan kelompok sebelah kemudian
merepet janda karena kami ribut padahal mereka yang ribut duluan. Ada kejadian
unik saat itu. Ada kelompok yang jauh dari tenda kami memboyong alas tidur
mereka keluar tenda lalu tidur beratapkan bintang dilangit (Oh.. co cuit) tapi
tetap aja kayak ikan sarden di kaleng, berjejer tidurnya. Pasalnya panas kata
mereka.
Paginya kami pun
berolahraga keliling tempat itu. Lalu mandi. Jeng.... jeng... jeng... jeng...
sesuatu hal yang gak bisa dibayangkan! Kali ini ada pemandangan yang berbeda.
Karena ada cowok yang terlalu lama mandi, pak guru datang ambil gayung dan bisa
ditebak, bapak itu mandi disitu (huss... becanda) bapak itu mandikan si kawan
itu. Satu hal yang buat geli mandi rame-rame. Entah kenapa cowoknya pasti
bicarain ‘itu’ seberapa panjang dan seberapa kecil? Ah... something
disquistuing! Tapi sedikit bersyukur mandi ditempat kayak begituan. Menurut
penuturan wani-wani, mereka sampai berebutan mandi di kamar mandi. Aku gak
kebayang gimana mereka tarik-tarikan (maaf) BH sampai-sampai tali kolor mereka
putus. Bayangkan kalau itu G-String. Oh ma ghost!
Selanjutnya dilakukan
kegiatan pagi-siang hingga pulang. Ada katanya kegiatan mancing, memang dasar
teman sekelompokku kreatif semua (kreak tapi aktif). Walau mancing itu gak sah
acaranya, kami tetap dapat kok dan kami pelihara sementara di dalam botol aqua.
Kejadian waktu siang
gak kalah seru. Seperti yang kuketik diawal kalau waktu itu kemarau. Jadi
saking panasnya, gak ada yang berani berlama-lama di dalam tenda. Melebihi
sauna di tempat oukup lah. Jadi kami buat perlombaan untuk siapa yang paling
lama bertahan di dalam tenda. Dan hanya beberapa yang tahan. Belum lagi tarik
napas, panasnya langsung menyengat. Otomatis, kami gak ada yang makan siang di
dalam tenda. Kami makan di pinggir danau buatan mereka. Tiba-tiba, salah satu
temanku lari dari dalam tenda keluar dengan gaya hebohnya sambil bawa aqua isi
ikan dengan kaki jingkrak-jingkrak. “Kenapa kau?” tanya salah satu temanku.
“Udah mau mati ikannya. Tadi kan sebelum makan mulut ikannya masih
mangap-mangap (sambil mempraktekkan mulut ikan) udah gitu, beberapa menit
kemudian udah balik dia.” Jelasnya. Lepaslah ketawa kami. Lucunya ketika dia
bicara + lari tadi. Emanglah sesuatu yang gak bisa digantikan.
Setelah itu gak ada
yang perlu diceritakan, kami pulang dan beberapa hari lagi menerima raport
kenaikan kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berikan komentar anda :D