Minggu, 02 Agustus 2015

Divisi 5 Gerakan Bawah Tanah


Ini adalah kisahku yang kukumpulkan dari buku catatanku selama aku dan keempat kawanku menjadi anggota Divisi 5 Gerakan Bawah Tanah. Aku dan keempat sahabatku lahir ditahun yang sama yaitu tahun 1896 ketika agresi Belanda mendesak aku dan keempat sahabatku memisahkan diri dengan orang tua kami. Aku mulai sadar kalau kehadiran manusia kulit putih ini bagaikan duri dalam daging. Semenjak itu kami berlima selalu membuat masalah dengan Belanda. Entah kami mencuri dari mereka atau meledakkan gubuk mereka. Beruntung kami tak pernah tertangkap. Mungkin kalau tertangkap, cerita ini tak kan pernah ada.
Pernah suatu ketika aku dan keempat sahabatku menjalankan misi kecil-kecilan untuk mencuri dari gudang senjata Belanda yang terkenal ketat. Walau seketat apapun mereka menjaga, kami lebih cekatan ketimbang mereka. Misi kecil ini aku tak tahu diberi oleh siapa saat itu, tapi yang pastinya beliau pernah bekerja sama dengan kami di masa depan. Akhirnya kami menyusun strategi untuk mencuri sekotak 5 pucuk senjata dan 2 dus amunisi. Kami menjalankan misi ini bukan seperti kebanyakan orang pada malam hari. Karena kami tahu percis bahwa penjagaan akan lebih ketat pada malam hari ketimbang siang hari. Si Umang salah satu sahabatku yang jago mengeksekusi strategi kami memulai duluan pergerakan ini. Kebetulan sekali sedang jam makan siang, maka Umang menyamar menjadi seorang anak remaja penjaja kue basah menuju markas Belanda di daerah ku. Menjajakan makanan, mendapat uang, dan dalam hitungan kelima, 7 tentara Belanda jatuh pingsan. Dengan cepat 2 orang sahabatku lainnya berlari ke arah Umang dan membantu mengikat lalu menyembunyikan ke 7 tentara itu. “Mang, kalau mereka bangun cemana?” tanya Zainal. “1Ko tenang saja Nal, dosisnya sudah tepat. Mereka pasti bangun nanti menjelang malam dan pasti lupa dengan apa yang terjadi.” Perjelas Umang.

Sementara aku dan sahabatku satu lagi segera berlari ke arah gudang senjata. Dengan keahlian ku membuka segala gembok dan pintu tanpa kunci, tak perlu waktu lama akhjrnya pintu itu terbuka. Segera 3 orang sahabatku yang lainnya membantu membawa apa yang diminta beliau. Tak lupa aku kembali mengunci pintu tersebut dan 3 orang sahabatku lainnya membuka ikatan tersebut dan meletakkan ke 7 tentara itu tepat di depan pintu gudang. “Pasti mereka kena marah sama komandannya”, pikir ku sambil tertawa kecil dalam hati. Segera mungkin kami berlari keluar dari zona misi membawa hasil sempurna ke beliau yang meminta pesanannya.
“Terimakasih nak! Kerja kalian bersih sekali. Pasti kalian jadi pejuang hebat kelak.” Puji beliau.
“Semoga pak!” jawab ku.
“Kalau begitu, ini untuk kalian.” Kata beliau sembari memberi kami masing-masing 1 keping emas.
“Pasti ini dari Belanda kan pak.” Sahut Umang.
“Kau cerdas nak! Ini yang mereka rampas dari bumi kita. Maka, ini bukan barang curian, ini barang nenek moyang kita. Emas ini harus kembali ke tangan bangsa ini. Pergunakanlah dengan baik.” Jawab beliau sembari pergi bersama beberapa orang membawa senjata dan amunisi tersebut.
Setelah misi itu, kami pulang ke rumah masing-masing. Di rumah, mamak ku menunggu dengan cemas walau hari masih sore dan aku sudah pamit sebelumnya. “Dari mana aja kau nak?” tanya mamakku. “Biasa mak.” Jawab ku. “Biasa apa nya?! Jangan bilang kau nyuri dari itu orang Belanda!” bentak mamak. “I... ya mak!” jawab ku sambil tertunduk. “Kan udah kubilang sama mu jangan kau buat masalah dengan mereka. Gak peduli mereka kau itu anak kecil atau bukan. Di tembaknya kau, selesai semua.” Mamak ku kelihatan khawatir. “Kan yang penting gak ketahuan mak.” Balas ku. “Gak ketahuan kau bilang! Tadi beberapa tentara Belanda lewat dari sini. Biar kau tahu, gak pernah sejarahnya mereka lewat dari sini. Muka mereka seolah-olah nyari sesuatu.” Jawab mamakku. “Serius lah mak!” pintahku ragu. “Sudahlah... mungkin para Belanda itu belum menemukan dimana rumah kalian. Ketimbang kalian mati dibuat mereka. Pergilah kalian dari kampung ini. Ajak keempat sahabatmu! Mamak juga udah diskusi dengan orang tua mereka.” Perintah mamakku. “Jadi mamak kek mana?” tanya ku lagi. “Belanda itu belum tahu kalau aku mamakmu dan gitu juga dengan yang lainnya, jadi kami masih aman sekarang.” Jawab mamakku. “Terus, kami mau pergi kemana?” tanya ku. “Naik kalian ke bukit diarah utara, sebelum kalian sampai di tengah bukit itu, ada rumah 2kila mu. Disitulah kalian sementara tunggu kondisi aman.” Perjelas mamak ku. Menjelang malam hari, kembali aku dan keempat sahabatku berkumpul dan pergi ke tempat yang di perintahkan mamakku. Perjalanan ke tempat itu dibutuhkan waktu 2 hari 1 malam. Dan malam ini kami menginap di markas rahasia kami di hutan yang jaraknya 3 jam perjalanan dari kawasan kampung kami.
Mentari sudah menyingsing, kini sinar bulan dan gemerlap bintang yang menerangi markas rahasi kami. Sembari was-was sekalipun itu hanya suara siulan angin, kami makan bersama. Walau cuaca dingin menusuk tulang-tulang muda kami, tapi kami tetap hangat. Terbesit di pikiran Umang untuk menyusun taktik tiba-tiba kalau kami ketahuan. Dengan serius dia menjelaskan apa taktik selanjutnya. Karena malam sudah larut, satu persatu kami tertidur lelap tanpa ada yang menjaga. Sebab kami tahu hanya kami dan Tuhanlah yang tahu tempat ini.
Keesokan harinya sebelum fajar menjadi cahaya kami, kami sudah berangkat menuju tempat yang diminta. Taktis yang diberitahu Umang langsung kami jalankan. Dengan 2 orang sebagai pengamat di depan, 1 orang masing-masing di kiri dan kanan, dan satu orang di belakang. Perjalanan kami berlanjut kira-kira sudah 3 jam kami berjalan, kami istirahat untuk sarapan. Ketika kami istirahat, terdengar suara orang melangkah dari balik semak-semak, seketika itu kami menghentikan makan lalu bersiaga. “Sssttt... tunggu aba-abaku.” Perintah Umang. Makin lama langkah kaki itu mendekat dan semakin mendekat. “satu....... dua......,” Umang memberi aba-aba, “Ti... tahan!! Tahan!!” Dengan suara tertahan Umang membatalkan aba-abanya. Dan ternyata yang lewat adalah 2 orang petani. Seketika itu kami menghela nafas. Zainal yang sudah siap dengan parangnya, akhirnya kembali menyarungkan parang tersebut. “Sudah... sudah... ayo lanjutkan makannya.” Kata ku.
Selesai makan tak lupa kami menjadikan tempat istirahat kami tadi kembali seperti semula, tanpa bekas makanan dan tanpa bekas pijakan kaki. Kemudian kami melanjutkan perjalanan hingga matahari tepat diatas kepala kami. Saat matahari mulai menusuk hangat ke kulit kami, kami memutuskan istirahat sembari makan buah-buahan yang kami dapatkan di sepanjang perjalanan kami. Cukup menyegarkan dan membuat kami bersemangat untu jalan kembali. Kalau kami cepat, besok siang kami sudah sampai di tempat yang dituju. Perjalanan pun kami lanjutkan hingga sang fajar menyingsing kami menghentikan perjalanan hari ini dan membuat tempat beristirahat. Donal yang cukup tahu jenis tumbuh-tumbuhan yang bisa dijadikan penangkal nyamuk memberikannya kepada kami. “Yakinlah 3kelen kalau tak ada tumbuhan ini, habis kelen digigitin nyamuk.” Kata Donal.
“Wadoohhh!!!” Jeritan Zainal seketika memecah kesunyian hutan dan membangunkan kami. “Ko kenapa Nal?” tanya Umang panik. “Babi! Ada yang gigit kaki ku!” umpat Zainal. Seketika itu Husin mengeluarkan parangnya dan langsung menancapkan ke tanah. “Kau kenapa Sin?” tanya ku. “Ko tengoklah itu!” jawab Husin sambil menunjuk kearah tanah. “4Nande! 5Nipai 6nak we...” kata ku. Ternyata yang menggigit kaki Zainal adalah ular pohon yang tak beracun. Kemudian Donal yang tadi ketika mengambil daun anti nyamuk melihat daun yang berguna mencegah pembekakan dan infeksi oleh gigitan hewan membawakan daun itu kepada Zainal dan mengkompresnya tepat di luka bekas gigitan. “Nal, kemungkinan besok pagi sakitnya sudah hilang, tapi kau gak boleh jalan capek dulu. Jadi aku sarankan besok kita jalannya gak kayak tadi pagi. Ada istirahatnya setiap beberapa jam sekali. Setuju kan?” pinta Donal. “Ya... kami setuju.” Jawab ku. (bersambung)
1Pengucapan dari kata kau
2Sebutan untuk suami dari saudara perempuan ayah kita
3Pengucapan dari kata kalian
4Artinya mamak, ibu
5Artinya ular
6Pengucapan singkat untuk anak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berikan komentar anda :D