Setelah dengan bodohnya aku
ngeshare cerita-cerita laknat ini ke kawan-kawan SMP ku, mau tak mau mengikuti
tuntutan orang banyak, akhirnya aku lanjutin sekuel drama korea cerita ku.
Semenjak postingan terakhir mengenai mangkok-mangkok ini keluar tepat 4 bulan
yang lalu, dengan (jujur) rasa gelisah (geli-geli basah) aku terpaksa
melanjutkan cerita ini.
Kalau kalian baca dari awal
sekuel cerita ku, yang beda cuma nomro 5. Kenapa? Entah kenapa kayak lain aja
aku kalau bahas-bahas cinta ini, kurang gregetnya. Setelah tanggal 25 Desember
2012 silam (aih mak... ku ingat semua tanggal-tanggalnya macam susah move on,
padahal.... iya) kami berdua gak ada chat-chatan lagi sampai lah di acara
tahunan SMP Putri Cahaya yaitu syukuran Natal dan Tahun Baru. Ceritanya di
Gereja, aku ikut paduan suara. Walau badanku penuh dengan tato (kudis, kadas,
dan kurap) jiwa ku tetap barbie hello kitty. Kebetulan kelas kami duduk
dibelakang barisan paduan suara. Menjelang selesai, eh dia sama kawan satu lagi
megang baju aku layaknya Irvan Gunawan lagi ngomentari
baju penyanyi dangdut terong-terongan. Ya berusaha tetap cool padahal ngarep
dipeluk *eh ternyata di tampar (gak lah), mungkin itu cara dia mencairkan
suasana ya walaupun agak aneh cara mencairkan suasana dengan megang ujung baju
kayak jijik gimana gitu.
Setelah itu tamat! Eh gak jadi
deh. Kita tinggalkan cerita cinta ku. Cerita ini kembali ke masa-masa pramuka
yang absurd gak jelas. Jadi, waktu itu ada pembelajaran masak-memasak air (ya
gak lah!) Alias memasak benar-benaran untuk perkemahan pramuka yang akan
datang. Lagi asyik-asyiknya masak dengan kelompokku, dengan brutalnya datanglah
kelompok sebelah yang diwakilkan sebut saja
pencuri-minyak-yang-datang-tiba-tiba dengan ganasnya mengambil botol yang
berisi minyak. Dengan semangat juang 45, pencuri-minyak-yang-datang-tiba-tiba
langsung menuangkan minyak LAMPU ke kualinya. Seketika itu kawan sekelompokku
menjerit-jerit kayak cewek baru pertama kali mens. Ada yang lari-lari, manggil
pemadam kebakaran, sampai jerit-jerit, “Dunia akan kiamat!!!” Memang minyak
lampu yang dikira minyak makan tadi gak kebakar padahal udah ngarep kebakar
huhehehe.... Setelah insiden berdarah kebakaran tadi, akhirnya aku lupa,
seriusan, udah ah... lanjut aja ke scene selanjutnya.
Di tahun 2013 beberapa tahun yang
lalu, itu tahun keemasan paduan suara kami Amoris Lumine Choir. Anak-anak
Amoris mana desahannya? Ssshhhhh ahhhh.... Karena lomba paduan suara ini
diadakan di Balige, maka setiap personel dipersiapkan sematang-matangnya
kalau perlu sampe gosong. Semisal kami gak boleh ikut kegiatan pramuka padahal
si Gab udah ngarep aku ikut akhirnya malam minggu sms-an kami (dulu belum ada
BBM dari android) terganggu. Ada perlombaan 17-an di sekolah kami gak boleh
ikut walau hanya lomba bawa kelereng bareng mantan. Sampai-sampai mau masuk
kamar mandi juga dikawal. Ada satu kejadian yang sampai sekarang masih aku
ingat jelas. Jadi waktu itu aku dan 2 orang kawanku mau pulang sekolah. Ceritanya
ini jalan menuju simpang (kalau sekolah di Pucay tahulah simpang mana........
Gajah Mada) lagi sepi. Secara tiba-tiba lewatlah abang-tukang-bersih-gereja
dengan becak barangnya. Perawakan abang-tukang-bersih-gereja ini kecil, kurus,
botak, dan pake kolor (sejenis tuyul lah) sedang asyik-asyiknya ngayuh tuh becak. “Woy bang... kami ikut
ya.” Teriak teman ku. “Udah ayok...” kata abang-tukang-bersih-gereja. Kalau orang
mau ngasih tumpangan, yang ada si pemberi tumpangan harus memberhentikan
kendaraannya, setubuh setuju semua? Setubuh! Nah, abang-tukang-bersih-gereja
dengan rasa solidaritas yang tinggi karena Gereja dengan sekolah kami dekat,
dia tetap mengayuh becak barang tersebut. Pertama teman aku yang paling kecil tititnya badannya lompat ke becak dan duduk di paling depan sambil megang besinya kayak
bocah baru pertama kali naik becak barang. Kedua temanku yang itunya besar dan
hitam (badannya woy jangan ngeres kelen) naik ke becak yang masih bergerak. Lalu
giliranku, entah apa yang terjadi, aku lompat ke becak itu tapi pijakkanku salah.
Aku malah mijak bagian ujung belakang becak yang lagi gerak tadi. Alhasil becaknya
ngangkat depan dengan kondisi abang-tukang-bersih-gereja
masih aja tetap ngayuh sambil ngomong, “Woy dek kenapa ini?” tanpa rasa
bersalah atau niat menghentikan becak itu sementara temanku yang itunya besar
dan hitam udah tergelebek di tengah jalan dan bukannya nangis terus ngadu mamak
eh malah ketawa sampai mencrot-mencrot. Sementara temanku yang tititnya kecil
tadi masih berpegang teguh pada besi depan becak dan aku yakin pada saat itu
tititnya makin kecil. Waktu becaknya udah mendarat dengan selamat di tanah, abang-tukang-bersih-gereja
malah ngayuh sepedanya terus tanpa
mempedulikan seorang bocah yang itunya hitam dan besar tergelebek di tengah
jalan sambil mencrot-mencrot. Sejak saat itu kami makin nagih nyuri becak abang-tukang-bersih-gereja
dan buat jadi mainan.
Setelah itu apa? Penasaran kelen?
Lanjut di sekuel selanjutnya kalau aku mau masih ngelanjut. Jangan lupa
komentarnya di tinggalin ya. Kritik, saran, hinaan, cacian, makian, aku terima
dengan dada menggantung. Sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berikan komentar anda :D