Selasa, 05 Juli 2016

Tujuh Mangkok Cerita dari Putri Cahaya

Yo... akhirnya paduan suara kami bisa membawa Gold Medal untuk kategori threesome Musica Sacra dan Bronze Medal untuk kategori Teenager Choir. Gimana kisah ku di Bali? Itu udah ada bagiannya sendiri bisa dilihat di sini. Sekali lagi, bagi yang gak kuat bacanya karena takut becek sampai mencrot-mencrot, mending jangan baca. Di sekuel ke tujuh ini (udah kayak novel Heli Kopter aja) aku bakalan ceritain tahun terakhir ku di dunia SMP Putri Cahaya. Aku beruntung kalau manusia-manusia sirik di kelas VIII yang lalu dengan sadar diri meminta keluar dari kelas unggulan. Sebut saja cucu-cucu Pilatus. Mereka meminta keluar dari kelas unggulan katanya gak aman dan nyaman (berbuat kejahatan) menurutku. Sebab, menjelang UN bahkan mereka cucu-cucu Pilatus masih menyempatkan untuk cabut massal. Bersyukur itu cucu-cucu Pilatus mempermalukan nama diri sendiri dan kelasnya yang katanya lebih nikmat. Well... karena ngebahas anak orang apalagi cucunya si Pilatus gak enak, yaudah balik lagi ke aku. Gak usah tegang-tengang kali lah.

Bulan Agustus adalah bulan sibuk-sibuknya SMP Putri Cahaya. Sibuk ujian? Kagak, sibuk nanya kapan jadwal gak belajar. Di bulan yang penuh berkah itu (karena kayaknya waktu itu lagi bulan Ramadhan) aku dan Gab ulang tahun. Horee... potong burungnya, potong burungnya *eh... Waktu itu aku ngasih ke dia sesuatu dari Bali yang kayaknya cowok manapun gak bakalan nemu yang begituan. Seriusan deh. Mau tahu apa yang aku kasih? Ini penampakannya.

Udah kan? Biar aku ceritain dikit gimana kok bisa dapat begituan. Jujur itu aku dapat dari kawan-kawan yang ikut ke Bali waktu lomba paduan suara. Jadi mereka kayak nemuin sesuatu yang aneh gitu sejenis karang tapi warnanya berbeda-beda, kayak ada warna merah yang menyerupai hati yang melambangkan cintaku kepadanya esehhh.... prettt...., lalu ada 3 kerang kecil dibawahnya yang melambangkan apaan ya? Menurut kalian aja dulu, sebuah bintang laut yang aku kira udah mati rupanya masih hidup, dan sebuah pondasi karang yang melambangkan pondasi cinta kami berdua mpeehhh.... (serius, jijik ngetiknya). Tapi bukan itu yang aku kasih ke dia, pasalnya, waktu balik ke hotel tepatnya penginapan kayak sepanjang jalan mau ke Simalingkar, tercium bau busuk yang dikeluarkan dari bintang laut yang udah mati lemas dan bentuknya gak sekokoh pada gambar (maafkan aku bintang laut) ya terpaksa tempat terakhirnya adalah selokan. Yang aku kasih ke dia hanya yang warna merah, pondasi karang, 3 kerang kecil, dan satu kerang besar yang aku rekatkan jadi satu dan kerang besar itu aku letakkan di tempat bintang laut yang udah di selokan. Dan itulah yang aku kasih ke dia. Bahkan dia belum tahu cerita kayak mana dapatkan hadiah itu.
Di bulan Agustus itu, beberapa temanku mulai berputusan dengan pacarnya. Hahahha.... termasuk aku! Jleb! Masalahnya apa? Gak seru kalau diceritain. Kalau mau tahu, kasih komentar aja dulu dibawah nanti aku ceritakan. Tepat tanggal 31 Agustus 2013 kami berdua pisah ranjang putus. Semenjak saat itu sampai 3 bulan kemudian, tepat tanggal 30 November 2013 akhirnya dia mulai nge-sms aku dan bilang kalau dia gak mau ada musuh hingga akhir tahun itu. Ya karena aku juga orangnya pemaaf dengan bukti aku gak dendam sama komplotan cucu-cucu Pilatus, dan tergerak dengan rasa kasihan dan cinta (alah) aku pun juga minta maaf. Layaknya film AADC (Apa-Apa DiCebokin), akhirnya kami berdua (gak nyambung) mengakhiri tahun itu dengan damai.
Selama kami selek, itu bertepatan dengan jadwal les tambahan persiapan UN. Biasanya aku dan beberapa teman cowok duduk di depan kelas main gitar, nyanyi, buat lagu untuk perpisahan yang bakalan aku kasih tahu liriknya nanti, hingga hampir tawuran dengan kelas atas hanya karena lagu. Saat-saat itu gak terlupakan (tapi sekarang biasa aja).
Memasuki semester 2 di tahun terakhirku, belajarku biasa-biasa aja karena kejaranku bukan sekolah negeri atau SMA apapun itu di kota Medan. Di sini juga ada event dari OSIS yaitu perayaan Valentine tapi bukan pool party atau malah gangbang massal. Ini murni untuk meningkatkan kebersihan dan kewirausahaan siswa meningkat (padahal gak sama sekali). Oh iya aku baru ingat, tahun lalu di hari yang sama, aku bertugas membersihkan area luar sekolah dekat pohon-pohon. Tanpa ku sengaja aku menemukan sebutir telur, aku pun menggeser telur itu ke tempat yang mudah di lihat, setelah menggeser, berniat menyentuh dengan ujung parang, tuss.... seketika itu jarak 5 m dari telur itu kosong penghuni dan ternyata telur itu telur busuk! Naujubilah bauknya. Dan sialnya lagi kena celana ku dikit aja. Dikit tapi bauknya uhh.... luar biasa dan salah satu komplotan munafik cucu-cucu Pilatus kenak dan sekarang aku bersyukur si munafik itu kenak hahhaha *evil laugh* back to my story. Ternyata ada kejutan dari si dia walau kami udah gak ada apa-apa lagi just friend. Ternyata dia ngebuat cookies gitu dan dimasukkin ke toples “abon” mungkin? Dia ngasih ke aku, sahabatnya satu lagi, dan entah ke siapa lagi. Yang buat aku terharu hingga terisak-isak layaknya ikutan acara Rumah Idaman, dia buat itu sendiri dan aku tahu dia masak air aja gosong. Mau tahu rasanya? Tanya di komentar aja nanti aku jawab. Dan toples itu masih ada sampai sekarang.
Menjelang akhir-akhir aku pernah ngerjain sambil ngejar dia mau ngasih es krim rasa durian ke dia. Dia paling benci dengan durian apalagi baunya. Entahlah kalau sekarang (mungkin sama kulit-kulitnya juga suka). Karena tergerak rasa belas kasihan, akhirnya aku berhenti. But, tapi gak sampai di situ. Hari itu juga, dia balas ngerjain aku. Waktu aku mau minum, lah kok airnya asin. Damn! Rupanya dia masukin garam ke minumanku. Fuck! Ternyata dia bersekongkol dengan kawanku. Jadi, hari itu aku valak sama dia dan orang-orang yang ikut didalamnya. Kami pun selek lagi.
Apa aku selek terus-terusan dengan dia? Kita lihat aja nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berikan komentar anda :D