Jumat, 04 Oktober 2013

Kematian yang Terlupakan

Pada suatu hari di sebuah Taman kanak – kanak ingin melakukan suatu kegiatan yaitu berkunjung ke kebun binatang. Santi salah satu anak yang ikut ke kebun binatang tersebut. Saat pulang sekolah, Santi langsung menemui ibunya yang sedang duduk di belakang rumahnya. Di samping ibunya ia menceritakan apa yang dikatakan oleh Bu guru tadi saat di sekolah. Mendengar hal itu, ibunya pun setuju dengan hal itu.
Esok hari pun tiba saatnya untuk pergi ke kebun binatang. Bus yang mengantar rombongan itu menjemput satu per satu murid TK tersebut. Tibalah bus tersebut di rumah Santi, dengan itu Santi dan ibunya mendekati bus tersebut. Tapi sebelum rombongan itu pergi, ibu Sinta meminta Santi berfoto dengan Andrea temang baik Santi. Setelah mereka berfoto, ibu guru pun menuntun anak muridnya tersebut masuk kedalam bus. Belum lama bus tersebut meninggalkan rumah Santi, terdengarlah suara kegaduhan di simpang jalan dekat rumah Santi. Dengan bergegas tetangga-tetangga Santi mendatangi rumah ibunya sambil memberitahukan bahwa bus yang dinaiki oleh anaknya mengalami kecelakaan dan anehnya hanya Santi saja yang menjadi korban. Mendengar berita tersebut seketika itu juga ibu Santi pingsan.
Ketika ibu Santi siuman dari pingsannya ia sudah melihat anaknya terbujur kaku diatas tempat tidur. Melihat itu ibunya menjerit histeris dan tak kuasa menahan air matanya. Setelah disemayamkan di rumah duka, Santi pun di kebumikan. 100 hari sebelum hari kematian Santi, ibunya sangat rajin ke makam dimana santi di makamkan. Tetapi tepat 100 hari kematian Santi, ibunya tak mengunjungi makam anaknya tersebut hingga satu tahun kedepan dengan alasan sibuk bekerja serta tak ingin menginggat kenangan bersama anaknya tersebut.
Tepat satu tahun sang ibu tidak menggunjungi makam anaknya. Dan yang paling parahnya makam sang anak tak pernah dirawat dan dibersihkan oleh si penjaga makam. Hingga pada suatu malam yang dingin dan pekat tiba – tiba saja terdengar suara telepon yang berdering dan ibu Santi pun mengangkat telepon tersebut. “Halo ini dengan siapa ya?” tanya ibu Santi. “Halo Mila (nama Ibu Santi) ini aku Lita, saudaramu yang dulu meninggal dunia.” Suara dari sebrang telepon menjawab. Ibu Santi pun menjawab, “Ini nggak mungkin...... gak mungkin...” mendengar suara itu, Ibu Santi langsung menutup gagang telepon.
Setelah percakapan tadi, tiba – tiba saja lampu rumah ibu Santi padam. Saat lampu mati ibu tersebut pun menggambil lilin untuk penerangan ruangan di rumah tersebut. Saat itu juga ketika ibu Santi sampai di ruang tamu, telepon kembali berbunyi dan ibu Santi bertanya, “I...ni si....aapaaa..?” “Halo mama! Kenapa mama nggak pernah ngunjungi aku lagi? Apa mama nggak sayang lagi sama ku?” Santi menjawab dari sana. “ini pasti nggak kamu kan nak?” tanya ibu Santi. Tiba – tiba saja sambungan telepon terputus.
Setelah telepon rumah tersebut terputus, ibu Santi langsung saja menutup gagang telepon rumahnya tersebut dan seketika itu juga lilin yang ada di dekatnya mati. Untuk itu ibunya Santi mengambil mancis ke dapur. Setelah kembali dari dapur, sang ibu pun kembali ke ruang keluarga. Saat mendekati kaca ruang keluarganya, ibu tersebut melihat bayangan anaknya sedang bermain ayunan di samping rumahnya. Melihat itu si ibu pun langsung berlari ke balik tembok dan ketika ia kembali melihat ke luar jendela, bayangan itu sudah tidak ada lagi.

Setelah itu semua ibunya pun tidur di kamarnya. Saat dia tidur, ia seperti memegang tangan seseorang dan ketika ia membuka matanya, ia melihat bahwa ia sedang memgang tangan anaknya yang sudah meninggal setahun lalu. Melihat hal itu, si ibu pun seketika pingsan. Esok harinya ntah karena apa ibu Santi berlari ke rumah ibunya Andrea dan meminta foto ketika Santi dan Andrea berfoto sebelum kejadian yang merenggut nyawa Santi seorang. Alangkah terkejutnya ibu Santi ketika melihat foto tersebut. Ia melihat hanya Andrea yang ada dalam foto tersebut sedangkan Santi tidak ada di dalamnya. Dengan diliputi rasa bingung, takut, dan cemas ibu Santi memberanikan diri bertanya pada Ibunya Andrea. Dan ibu Andrea mengaku bahwa ia sering mendengar anaknya berbicara sendiri dengan seseorang yang tidak di ketahuinya dan ibu Andrea sering mendengar anaknya berbicara tentang makam, makam, dan makam. Mendengar pernyataan tersebut, tersentak kagetlah ibu Santi karena ia teringat kejadian tadi malam yang di alaminya. Sadar akan hal itu, dengan bergegas ibu Santi pergi ke makam anaknya sembari berdoa dan meminta maaf atas kelalaiannya selama ini kepada anaknya dan Tuhan. Semenjak itu, ibu Santi selalu rajin berkunjung ke makam anak nya setiap sebulan sekali dan semenjak itulah anaknya tak pernah menggangunya lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berikan komentar anda :D